Ahmadiyah Pengikut Nabi Muhammad saw



Jemaat Ahmadiyah memiliki keyakinan bahwa nabi Muhammad adalah nabi termulia, bahkan dalam perjuangannya Ahmadiyah selalu berusaha menegakan kemuliaan dan kesucian Nabi Muhammad. Berikut kutiban resmi dari situs resmi Jemaat Ahmadiyah Indonesia.
Nabi Muhammad saw adalah Insan Kamil pilihan Allah swt yang dipercaya untuk membawa amanat terakhir Risalah dan agama-Nya, yaitu Islam. Beliau adalah manusia yang sempurna dalam fisiknya, mulia dan luhur dalam akhlaknya serta fana dalam ibadah kepada Allah swt. Oleh karena itu beliau adalah sosok yang sangat pantas menjadi TELADAN TERBAIK bagi orang beriman yang ingin mendekatkan diri kepada Allah swt dan mengharap keselamatan sejati dunia maupun akhirat. Allah swt berfirman dalam Al-Quran surah Al-Ahzab (33):22

“Sesungguhnya bagi kamu dalam diri Rasulullah saw., terdapat suri teladan yang sebaik- baiknya bagi orang yang mengharapkan bertemu dengan  Allah dan Hari Kemudian dan yang banyak mengingat Allah.”

Kesempurnaan dan kemuliaan akhlak seseorang sungguh bisa kita lihat dari sikapnya menghadapi dua kondisi yang ekstrim atau bertolak belakang. Pertama, bagaimana sikapnya menghadapi kehidupan penuh cobaan yang mendatangkan  kesusahan dan penderitaan. Lalu yang kedua, seperti apa pula sikapnya menghadapi kemenangan, kebahagiaan dan kejayaan. Dua kondisi tersebut sungguh telah terjadi dalam  kehidupan Rasulullah saw. dan beliau melewatinya dengan akhlak yang amat terpuji.

Pertempuran Khandak mungkin merupakan percobaan paling pahit di dalam seluruh jenjang kehidupan Rasulullah saw., dan beliau keluar dari ujian yang paling berat itu dengan keadaan akhlak dan wibawa yang sangat tinggi. Pada saat yang sangat berbahaya lainnya, yakni, ketika musuh bertekuk lutut di hadapannya, watak and perangai yang sesungguhnya seseorang diuji ; dan sejarah memberi kesaksian yang jelas kepada kenyataan bahwa Rasulullah saw. baik dalam keadaan dukacita karena dirundung kesengsaraan dan pada saat sukacita karena meraih kemenangan, tetap menunjukkan kepribadian agung lagi mulia.

Pertempuran Khandak, Uhud, dan Hunain menjelaskan dengan seterang-seterangnya satu segi watak beliau yang indah, dan Fatah Mekkah (Kemenangan atas Mekkah) memperlihatkan watak beliau lainnya. Mara bahaya tidak mengurangi semangat beliau atau mengecutkan hati beliau ; begitu pula kemengann dan sukses tidak merusak watak beliau. Ketika beliau di tinggalkan hampir seorang diri pada hari Pertempuran Hunain, sedang nasib Islam berada di antara hidup dan mati, beliau tanpa gentar sedikit pun dan seorang diri belaka maju ke tengah barisan musuh seraya berseru dengan kata-kata yang patut dikenang selama-lamanya, “Aku nabi Allah dan aku tidak berkata dusta. Aku anak Abdul Muthalib “ Dan tatakala Mekkah jatuh dan seluruh tanah Arab bertekuk lutut maka kekuasaan yang mutlak dan tak tersaingi itu tidak kuasa merusak beliau. Beliau menunjukkan keluhuran budi yang tiada taranya terhadap musuh-musuh beliau.

Kesaksian lebih besar mana lagi yang mungkin ada terhadap keagungan watak Rasulullah saw. selain kenyataan bahwa pribadi-pribadi yang paling akrab dengan beliau dan yang paling mengenal beliau, mereka itulah yang paling mencintai beliau dan merupakan yang pertama-tama percaya akan misi beliau, yakni, istri beliau yang tercinta, Sitti Khadijah ra. ; sahabat beliau sepanjang hayat, Abu Bakar ra. ; saudara sepupu yang juga menantu beliau, Ali ra. dan bekas budak beliau yang telah dimerdekakan, Zaid ra. Rasulullah saw. merupakan contoh kemanusiaan yang paling mulia dan model yang paling sempurna dalam keindahan dan kebajikan. Dalam segala segi kehidupan dan watak beliau yang beraneka ragam, tidak ada duanya dan merupakan contoh yang tiada bandingannya bagi umat manusia untuk ditiru dan diikuti.

Seluruh kehidupan beliau nampak dengan jelas dan nyata dalam cahaya lampu-sorot sejarah. Beliau mengawali kehidupan beliau sebagai anak yatim dan mengakhirinya dengan berperan sebagai wasit yang menentukan nasib seluruh bangsa. Sebagai kanak-kanak beliau penyabar lagi gagah, dan di ambang pintu usia remaja, beliau tetap merupakan contoh yang sempurna dalam akhlak, ketakwaan, dan kesabaran. Pada usia setengah baya beliau mendapat julukan Al-Amin  (si Jujur dan setia kepada amanat) dan selaku seorang niagawan beliau terbukti paling jujur dan cermat. Beliau menikah dengan wanita-wanita, yang di antaranya ada yang jauh lebih tua daripada beliau sendiri dan ada juga yang jauh lebih muda, namun semua bersedia memberi kesaksian dengan mengangkat sumpah mengenai kesetiaan, kecintaan, dan kekudusan beliau. Sebagai ayah beliau penuh dengan kasih sayang, dan sebagai sahabat beliau sangat setia dan murah hati. Ketika beliau diamanati tugas yang amat besar dan berat dalam usaha memperbaiki suatu masyarakat yang sudah rusak, beliau menjadi sasaran derita aniaya dan pembuangan, namun beliau memikul semua penderitaan itu dengan sikap agung dan budi luhur. Beliau bertempur sebagai prajurit gagah berani dan memimpin pasukan-pasukan. Beliau menghadapi kekalahan dan beliau memperoleh kemenangan-kemenangan. Beliau menghakimi dan mengambil serta menjatuhkan keputusan dalam berbagai perkara. Beliau adalah seorang negarawan, seorang pendidik, dan seorang pemimpin.

Bosworth Smith, seorang orientalis Barat dalam kekagumannya kepada Rasulullah saw., menyatakan: “Kepala negara merangkap Pemimpin Agama, beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus dan tidak berpenampilan seperti Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang itu hanya Muhammad, sebab beliau mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan. Beliau biasa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit, dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan setalah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau biasa melewatkan malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua kaki beliau bengkak-bengkak. Tiada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu banyak berubah, telah berubah begitu sedikitnya” (Muhammad dan Muhammadanism” jarya Bosworth Smith).

Karena beliau saw adalah orang yang sangat mencintai Allah swt dan Allah pun sangat mencintai beliau maka mengikuti beliau secara sempurna menjadi sarana untuk meraih kecintaan Allah swt. Dia menekankannya dalam Al-Quran surah Ali-imran (3): 32

Katakanlah, ”Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, maka Allah akan mencintai kamu dan akan mengampuni dosa-dosamu. Dan, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Jadi ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan memperoleh kecintaan Ilahi sekarang tidak mungkin terlaksana kecuali dengan mengikuti Rasulullah saw. Selanjutnya, ayat ini melenyapkan kesalahpahaman yang mungkin dapat timbul dari QS. Al-Baqarah,2:63 bahwa iman kepada adanya Tuhan dan alam ukhrawi saja sudah cukup untuk memperoleh najat (keselamatan).

Ada empat tingkat derajat kerohanian dalam pandangan Allah swt. Dan semuanya itu dijanjikan oleh Allah swt. sendiri, dapat diraih kaum muslimin bila mengikuti dan mentaati Allah swt dan Rasulullah saw. semaksimal mungkin sesuai kemampuan yang ada pada diri mereka masing-masing. Allah swt. berfirman dalam Al-Quranul Karim surah An-Nisa, 4:70

“Dan, barangsiapa taat kepada Allah swt. dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara  orang-orang yang kepada mereka Allah swt. memberikan nikmat, yakni : nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang saleh. Dan, mereka itulah sahabat yang sejati.”

Jadi ayat ini sangat penting sebab ia menerangkan semua jalur kemajuan rohani yang terbuka bagi kaum Muslimin dengan meneladani Hadhrat Nabi Muhammad Rasulullah saw.. Keempat martabat kerohanian – para nabi, para shiddiq, para syuhada dan para shalihin – kini semuanya dapat dicapai hanya dengan jalan mengikuti Rasulullah s.a.w. Hal ini merupakan kehormatan khusus bagi Rasulullah s.a.w. semata. Tidak ada nabi lain menyamai beliau dalam memperoleh nikmat ini. Kesimpulan itu lebih lanjut ditunjang oleh ayat Al-Quranul Majid yang membicarakan nabi-nabi secara umum dengan mengatakan, “Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya, mereka adalah orang-orang shiddiq dan saksi-saksi di sisi Rabb mereka” (QS [57]:20).

Apabila kedua ayat ini dibaca bersama-sama maka kedua ayat itu berarti bahwa, kalau para pengikut nabi-nabi lainnya dapat mencapai martabat shiddiq, syahid, dan saleh dan tidak lebih tinggi dari itu, maka pengikut Rasulullah s.a.w. dapat naik ke martabat nabi juga. Kitab “Bahr-ul-Muhit” (Jilid III, hal. 287) menukil Al-Raghib yang mengatakan, “Tuhan telah membagi orang-orang mukmin dalam empat golongan dalam ayat ini, dan telah menetapkan bagi mereka empat tingkatan, sebagian di antaranya lebih rendah dari yang lain, dan Dia telah mendorong orang-orang mukmin sejati agar jangan tertinggal dari keempat tingkatan ini.” Dan membubuhkan bahwa “Kanabian itu ada dua macam : umum dan khusus. Kenabian khusus, yakni kenabian yang membawa syariat, sekarang tidak dapat dicapai lagi; tetapi kenabian yang umum masih tetap dapat dicapai.”

Jadi satu-satunya jalan untuk mencapai ketinggian rohani bahkan hingga ke derajat yang tertinggi, sejak agama Islam diturunkan ialah dengan mengikuti dan mentaati sepenuhnya nabi Muhammad saw. []